Satu Gerakan Triana Rahmawati Merangkul ODMK, Berdampak Hingga Sekarang
Dikala sore menjelang berbuka puasa-kebetulan waktu itu
bulan Ramadan-seorang Triana pergi ke angkringan. Triana adalah seorang
mahasiswa Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas
Sebelah Maret yang juga tinggal di dekat kampus itu, dia sudah terbiasa hidup
berdampingan dengan ODMK (orang dengan masalah kejiwaan). Karena di daerah itu
juga ada RSJ. Nah, suatu sore itu saat dia pergi ke angkringan sembari menunggu
berbuka puasa, dia mendengar adzan berkumandang.
“Bu, sampun adzan, mboten buka puasa?” (Bu, sudah adzan, tidak
berbuka puasa?) tanya Triana pada ibu-ibu penjual angkringan.
“Halah, wong edan rasah digubris!” (Halah, orang gila tidak
usah dipedulikan), jawab ibu-ibu penjual angkringan tersebut.
Berawal dari kata-kata itu, hati kecil Triana tergugah.
Kalau bukan kita yang peduli pada mereka, lantas siapa lagi?
Griya Schizofren – Sebuah Harapan Untuk Para ODMK
Triana Adalah seorang anak yang sudah kehilangan ibunya. Dia
melihat, bagaimana ibunya pergi tanpa membawa apa-apa. Semenjak kehilangan itu,
dia ingin menjadi seorang yang bermanfaat—karena itu juga bisa menjadi amal
jariyah untuk ibunya.
Di tahun 2012, Triana bersama beberapa temannya ke Griya
PMI Peduli. Di sana dia melihat ratusan ODGJ (orang dengan gangguan jiwa)
terlantar. Dia, kita sudah lalai pada mereka.
Hingga akhirnya, pada bulan Oktober tahun 2014, Triana
Rahmawati mendirikan Griya Schizofren. Dimana Schizofren adalah kepanjangan
dari SC=Social, HI=Humanity, FREN: Friendly. Yang artinya, Griya Schizofren
adalah rumah untuk kepedulian sosial, dengan semangat kemanusiaan, dan
membangun prinsip persahabatan bagi Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK).
Griya Schizofren ini adalah sebuah komunitas sosial non
profit. Dan dahulu, bagi Triana, mencari volunteer bukanlah hal yang sulit. Mudah
banget. Sehingga Griya Schizofren ini berkembang dan memberikan akses bagi
masyarakat dengan gangguan kejiwaan.
Griya Schizofren hadir, seolah menjadi rumah untuk
masyarakat dengan gangguan jiwa atau ODMK. Padahal, sebenarnya rumah terbaik
untuk manusia—termasuk mereka para ODMK—adalah rumah—tempat mereka dilahirkan
dan dibesarkan. Akan tetapi, banyak ODMK yang terlantar.
Kegiatan apa saja yang ada di Griya Schizofren
Griya Schizofren bukan sekedar rumah untuk para ODMK
berkumpul. Tapi di sini, ada kegiatan-kegiatan positif yang bisa mereka
lakukan.
“Sebenarnya, mereka para ODMK Adalah orang-orang yang
pintar, hanya saja mereka tidak bisa melakukan hal-hal sesuai standarisasi
kita. Jadi mereka dianggap berbeda,” kata Triana kala itu.
Dan sebenarnya yang membuat para ODMK sakit itu bukanlah
penyakitnya, akan tetapi stigma dari masyarakat itu sendiri.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, terjadi peningkatan jumlah menjadi 7 permil rumah tangga dan diperkirakan sebesar 450.000 orang dengan gangguan kejiwaan. Bahkan, di Solo ada 4000 orang yang berkunjung ke RSJD Surakarta di Jebres. 750 orang dengan gangguan berat dan 1325 dengan gangguan ringan.
Kalau ditanya, apakah mereka bisa sembuh? Jawabannya TIDAK.!
Seperti diabetes atau maag, orang dengan gangguan jiwa juga tidak bisa sembuh. Tapi,
mereka bisa terkontrol. Bukan dengan menghilangkan penyakitnya, tapi mengontrol
bagaimana hidup berdampingan dengan sakit itu.
Salah satu caranya yaitu dengan berolahraga. Orang dengan
gangguan jiwa bisa berolahraga. Karena olahraga tidak hanya memberikan
kesehatan fisik tapi juga memberikan kesehatan jiwa. Jika seseorang sudah kena
jiwanya, mereka bisa saja kena fisiknya. Pun sebaliknya, jika jiwanya sehat,
fisik juga sehat.
Kegiatan di Griya Schizofren
Kegiatan apa saja sih yang cocok untuk OMDK? Bukan hanya
olahraga saja, kan?
Nah, di Griya Schizofren, banyak sekali kegiatan positif
yang bisa dilakukan oleh para OMDK. Seperti contohnya : para volunteer
mengajari terapi menggambar di kertas, lalu kertas tersebut di scan kemudian
diedit di corel draw kemudian dicetak dengan tehnik sablon/press sehingga
jadilah sebuah souvenir.
Bahkan para ODMK ini sudah menghasilkan beberapa produk
gift/souvenir seperti : tumbler, bantal, tas, dompet, buku, mug. Dan Triana
juga ingin mengembangkan produk mereka dibidang fashion dan asesoris.
Triana Rahmawati, Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards.
Melakukan kegiatan sosial, tanpa bayaran, sempat mengalami
kesulitan ekonomi, Triana sempat merasa burn out. Dia merasa capek dan ingin
berhenti mengembangkan Griya Schizofren. Triana sempat mencurahkan perasaan itu
kepada salah satu temannya yang dapat dipercaya. Hingga temannya itu menuliskan
kisahnya.
Di tahun 2017, Triana didatangi wartawan. Mereka melakukan
wawancara dan Triana menceritakan kondisinya dengan jujur. Triana sama sekali
tidak menyangka, dia akan menang dan mendapatkan Semangat Astra Terpadu Untuk
(SATU) Indonesia Awards.
Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi.
Melalui program ini, Astra juga mendorong para anak muda yang terlibat dalam SATU Indonesia Awards untuk berkolaborasi dengan program unggulan Desa Sejahtera Astra & Kampung Berseri Astra. Diharapkan, mereka bisa memberikan dampak positif yang lebih besar dan kontribusi yang berkelanjutan pada usaha-usaha pembangunan di daerahnya.
Kala itu, Triana mendapatkan bantuan dari SATU Indonesia
Awards. Dan bantuan itu, tidak Triana gunakan untuk kepentingan pribadinya,
melainkan untuk mengembangkan Griya Schizofren.
Penutup
Belajar dari seorang Triana Rahmawati, jangan lelah untuk
berbuat baik. Jika kamu merasa lelah, ceritakanlah pada orang terdekat yang
bisa dipercaya. Tidak ada yang sia-sia dari sebuah kebaikan. Dan validasi untuk
sebuah kebaikan itu penting, bukan untuk kesombongan tapi sebagai penyemangat.
Dari gerakan kecil Triana Rahmawati, bisa berdampak untuk
banyak orang. Banyak ODMK yang terbantu dan banyak karya yang dilahirkan
mereka.
Mari bersama-sama melakukan hal-hal yang baik. Karena sesangguhnya,
hidup bukanlah tentang seberapa banyak kita menggenggam, melainkan tentang
melepas yang kita genggam. Dan bicara soal mentalitas, dunia semakin digenggam
semakin berat, semakin dilepas semakin ringan. Mari lakukan hal-hal baik.
0 Comments